Cerpen kreasi sendiri

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 10 November 2012


                                                     Impianku yang Tertunda

          Hari itu seperti hari biasa, Dito berangkat sekolah dengan naik motor jadulnya keluaran  tahun 90’-an plus helm tetangga yang dipinjamnya kemarin. Semua itu berbeda dengan semangat paginya  yang fresh dan penuh rasa percaya diri tinggi tuk meraih masa depan . Dito memiliki cita-cita yang besar untuk  pergi ke Singapura dan menjadi ahli robotik, meskipun Dito berasal dari keluarga yang kurang mampu.  Setelah berkendara selama kurang lebih 30 menit ditambah motor mogok di perjalanan hingga beberapa kali, akhirnya Dito sampai di sekolahnya SMA Harapan Bangsa. Dito sekarang kelas 3 SMA. Mengenang masa lalunya, Dito masuk ke SMA Harapan Bangsa lewat jalur Beasiswa karena prestasinya yang gemilang sewaktu SMP. Tanpa biaya sepeserpun, Dito dapat masuk ke SMA Harapan Bangsa yang terkenal sebagai SMA Favorit di daerahnya.
              Seusai meletakkan sepeda motornya di parkiran sekolah, Dito bertemu dengan Rita teman sekelasnya yang terkenal kaya tetapi baik hati dan tidak angkuh. Mereka berjalan bersama menuju kelas, sambil bercakap cakap. Rita memberitahukan kepada Dito bahwa ada perlombaan ‘Robotic go to Singapore’ yang pemenangnya dapat pergi ke Singapura. Seperti yang Rita tahu bahwa Dito mempunyai keinginan yang besar untuk pergi ke Singapura. Perlombaan tersebut dilakukan sendiri atau tidak mengatasnamakan sekolah dan otomatis juga menggunakan biaya siswa yang mengikuti lomba itu sendiri. Tentunya  perlombaan tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan formulir bisa diambil di masing masing sekolah serta dikembalikan kembali ke sekolah juga. Setelah sampai di kelas Dito dan Rita meletakkan tasnya di bangku mereka masing masing. Kemudian mereka melanjutkan perbincangan di luar kelas. “Bagaimana To, kamu tertarik apa tidak?” tanya Rita.  “Aku sih ingin banget bisa ikut perlombaan itu apalagi kan pemenangnya bisa ke Singapura, tapi aku bingung dengan biayanya yang sebesar itu,” sahut Dito. “Hahaha, kamu tidak usah memikirkan masalah itu, semuanya akan aku urus, kamu kan punya prestasi, dijamin menang deh,” jawab Rita. “Beneran nih?” tanya Dito dengan kaget. “Ya iyalah, masak ya iya dong” sahut Rita. Ditengah perbincangan itu, tiba tiba  Arsinta datang. Arsinta adalah orang kaya yang sombong dan suka mencela orang lain yang kualitas hidupnya di bawah kehidupan mewah Arsinta “Ciye ciye, ngapain tuh, pacaran ya?”, ejek Arsinta. “Eh, kamu datang datang nggak ngucapin salam malah ngejek kita,” jawab Rita dengan sedikit marah. “Biarin dong, kan mulut mulut gua, masalah buat lho!” jawab Arsinta. “Kamu itu dibilangin malah ngotot, pergi sana kamu, nggak penting juga kamu disini!” sahut Rita dengan amarah. “Sabar Rit, biarin saja Arsinta itu,” jawab Dito. Lalu Arsinta pergi dengan langkah kesombongan. Tak terasa bel masuk telah berbunyi, semua siswa baris di depan kelas dan masuk ke kelas. Pelajaran pertama hari itu adalah Matematika dan dilanjutkan dengan pelajaran Bahasa Inggris. Pelajaran berlangsung seperti biasa, tanpa ada hal yang istimewa. Bel Istirahat berbunyi, semua siswa keluar dari kelas untuk segeramenuju ke kantin untuk membeli jajan. Kecuali Dito dan Rita yang pergi ke ruang guru untuk mengambil formulir perlombaan tepatnya kepada Pak Rusli seorang guru ekstra robotic yang sekaligus perwakilan sekolah Harapan Bangsa untuk perlombaan ‘Robotic go to Singapore’. Setelah mengisi formulir dan memberikan uangnya kepada Pak Rusli, Dito kembali ke kelas sedangkan Rita pergi ke kantin. Dito sudah terbiasa dengan tidak membawa uang saku saat sekolah. Bel istirahat telah berakhir dan pelajaran dilanjutkan. Beberapa jam kemudian bel pulang berbunyi dan semua siswa pulang ke rumah masing masing tak terkecuali Dito.                  
                 Sesampai di rumah, Dito mengabarkan tentang perlombaan ‘Robotic go to Singapore’ kepada  orang tuanya. Mendengar kabar tersebut, kedua orang tuanya menanggapi dengan gembira apalagi biaya ditanggumg oleh Rita teman baiknya. Perlombaan tersebut kabarnya akan berlangsung minggu depan tepatnya pada hari Senin dan pemenangnya akan diberikan jatah 4 hari untuk menikmati keindahan Singapura serta akan didampingi oleh salah satu panitia dari perlombaan ‘Robotic go to Singapore’. Mulai hari itu juga Dito terus mengasah kemampuannya siang-malam untuk dapat membuat kreasi baru robot.
                 Hari berganti hari terus berjalan, hingga tepatnya hari Senin pun datang. Seperti biasa Dito berangkat sekolah dengan naik motor plus helm milik tetangga. Sesampai di sekolah, Dito meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk mengikuti perlombaan ‘Roboti go to Singapore’ dan meminta izin pula untuk mengajak Pak Rusli sebagai pembimbingnya. Allhamdulillah, permintaan tersebut diizikan dan Kepala Sekolah juga ikut support Dito. Lepas itu, Dito berpamitan dengan teman temannya termasuk juga Rita dan Si Arsita. Kemudian mereka berdua berangkat ke pertandingan dengan penuh keyakinan, kebetulan di sekolah Dito hanya Dito yang ikut perlobaan ‘robotic go to Singapore’.
               Akhirnya Dito dan Pak Rusli sampai di tempat perlombaan, Dito segera merapat dimana para siswa yang hadir di perlombaan tersebut untuk diberi sedikit arahan tentang mekanisme proses perlombaan. Ternyata setiap siswa harus membuat robot hasil kreasi individu dalam waktu 3 jam dan yang paling unik serta menarik maka akan menjadi pemenangnya. Perlombaan dimulai, semua siswa mulai merangkai rangkaian demi rangkaian. Tiga jam diisi dengan penuh keseriusan dan keyakinan utuk dapat menjadi pemenag. Sedangkan Pak Rusli tak berhenti memanjatkan do’a dan support terhadap Dito. Tak terasa tiga jam telah berlalu dengan cepat, sedangkan pekerjaan Dito belum selesai yang hanya meningglakan memasang beberapa komponen saja. Namun, bagaimana lagi waktu sudah usai. Dito merasa sedihkarena tidak dapat mengerjakannya dengan sempurna. Pak Rusli hanya dapat menenangkan dan meyakinkan Dito. Dan mengatakan kepada Dito bahwa, “Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.” Waktu yang ditunggu tunggu pun datang. Pengumuman dibacakan oleh juri dengan suara keras dan lugas. Pada akhirnya, ternyata Dito tidak mendapatkan juara satu, dua maupun juara tiga. Dito sangat sedih, bukan karena tidak dapat pergi ke Singapura saja, tapi merasa kasihan kepada Rita yang telah membiayainya. Setelah itu, Dito dan Pak Rusli kembali ke sekolah yang pada saat itu semua siswa sedang istirahat. Rita langsung menanyakan kepada Dito, “Bagaiamana To perlombaanya, pasti menag kan?” tanya Rita dengan yakin bahwa Dito menjadi pemenang. “Sebelumnya aku berterima kasih kepadamu karena telah mengurusi semua administrasi perlombaan Robotic go to Singapore,” sahut Dito dengan wajah murung. “Ya To, aku ikhlas kok bisa membantumu, tapi wajah kamu kok murung begitu?” tanya Rita penasaran. “Aku kalah Rit,” jawab Dito.”Ya nggak papa To, yang penting kamu sudah kerja keras,” sahut Rita. Selang beberapa jam bel pulang berbunyi, semua siswa berhamburan keluar sekolah untuk pulang. Di rumah Dito sangat sedih telah mngecewakan banyak orang termasuk juga kedua orang tuanya. Dito teringat apa kata Pak Rusli tadi, yang dapat mebuatnya bangkit. "Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita
menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.”

{ 0 komentar... read them below if any or add comment }

Posting Komentar

 
FASTSEO - SEO Friendly Blogger Template Design by Tutorial SEO Blogspot